21.7 C
New York
Saturday, May 27, 2023

Buy now

spot_img

TERNYATA Untuk Jaga Rumah Butuh Kopi Sama Rokok

Sumber: Data Pribadi

Oleh : Muhammad Fachrul Hudallah (Editor Ngacoo.com)

Cerita ini terjadi di rumah Baim, saudaraku. Nah kata Baim, ada makhluk hitam berbulu tebal yang sering mencuri makanan. Nah sebetulnya siapa sih dia?

Pagi-pagi sekali aku menjemput saudaraku menggunakan sepeda Onta yang sudah menua tetapi masih unik dan cakep untuk di lihat. Ku ontel sepedaku sembari menikmati pagi yang indah dan melihat sekeliling yang nampak asri. Baim sudah aku kabarin dan mungkin dia sedang menunggu di rumah.

Sesampainya di rumah Baim, dia murung seperti orang yang tidak pernah makan berhari-hari. Memang dia menungguku di depan rumah, tetapi wajahnya nampak tidak bersemangat. Ku amati dan analisis dalam-dalam. Penilaianku, dia benar-benar sedih.

“Kue ngopo, Im? Kok raine sedih men to nding,” tanyaku pura-pura penasaran.

“Kue ngerti rak cuk? Lawoh iwakku seng tuku wingi ntek di gondol wong wulu ireng,”  jawab Baim.

“Ah, gur perasaanmu tok. Molane ojo halu. Molane ojo jomblo terus-terusan cuk! Ayo sepedaan.”

“Ah bangke! Tenan aku ndes. Mengko bengi to macak aku gawe iwak. Nah terus kue mbek aku ngenteni neng dapur, mengko lah ngerti wong-wong ireng iku.”

“Ah yowes mengko bengi. Ayo sepedanan sek.”

Baim pergi bersepeda, tetapi perasaannya tetap tidak nyaman ketika di rumah ada apa-apa. Hatinya bersedih, tetapi supaya aku senang, dia rela mengorbankan perasaannya.

Dia terus bercerita mengenai makanan yang diambil sama makluk hitam tadi. Katanya, dia besar, berbulu lebat, dan tidak tampan seperti Iqbal. Nah aduh, hantu apa lagi ya kira-kira itu. Aku males denger cerita hantu-hantu, serius. Soalnya aku sama sekali belum pernah melihat sosoknya, ganteng atau cantik.

Nah-nah setelah car free day pagi-pagi, Baim ngajakin pulang karena dia harus mengerjakan tugasnya yang amat banyak. Baim juga merupakan anak yang giat belajar dan bawaannya serius banget. Nah itu udah menandakan dia adalah calon professor. Aku jadi berfikir, apakah yang bisa lihat hantu itu orang yang bawaannya serius terus ya.

Matahari telah tenggelam, hal tersebut merupakan kode untuk segera datang ke rumahnya Baim. Aku ontel sepedaku dengan penuh rasa penasaran. Sebenarnya, hantu ada nggak sih? Penampakannya ngeri nggak sih?

Sesampainya di rumah Baim, ternyata dia sedang menyiapkan makan  malam buat aku. Nah, baik banget ya dia jadi saudara. Pantes saja aku baik, soalnya dia juga satu keturunan sama aku sih. Nah aku dibilangin sama Baim, “kalau mau ketemu orang hitam itu, ayo pasang ikan dan kita tunggu.”

Aku sama Baim memasang ikan yang sangat lezat, pindang namanya. Memang, itu semua udah dipersiapkan Baim agar aku bisa lihat hantu. Nah, di sebelah dapur ada ruangan yang mempunyai lubang kecil bekas bor, aku tunggu disitu.

Tiba-tiba ada suara aneh, “Hmm hmm hmm.”

“Eh bangke, kok suaramu abot banget cuk? Padahal mau gak koyo ngono. Ojo gluweh”

“Iki lo wong-wong ireng iku hamm hemm hamm heemm. Kampret nyolongi iwak”

Memang kemarin si Baim tidak berani negur dan dibiarkan si bulu hitam itu mengambil ikannya. Nah, Baim juga memaksakan diri agar tidak makan untuk sekedar melihat siapa yang mau nyuri ikan lagi, walaupun sangat lapar.

Malam itu di tanya sama Baim.

“Mbah, jalukmu opo si?nyolongi iwak sak enake dewe.”

“Aku nyolong iwak, goro-goro gak di wei sugatan.”

Aku bingung, kenapa hantu bisa minta sugatan. Dia itu siapa dan mau di kasih apa? Masak iya hantu mau ikut nongkrong makan-makan sama manusia biasa.

Aku benar-benar takut tetapi aku akui keberanian Baim. Dia pria gagah yang berani nghadepin hantu. Dia berani apa emang karena kondisi terdesak ya?

“Aku jaluk sugatan Kopi ireng ambek rokok cerutu. Dokok neng duwur kulah. Tak nteni sesok bengi sugatane. Kanggo sugatan, rong dino pisan.”

“Jenengmu sopo? Kue jenis opo? Lan ngopo kue neng kene?,” Baim desak.

“Jenengku Tumeme (Tukang meden-medeni menungso), jenis genderuwo, aku neng kene goro-goro ono wong seng ngakon jogo omah iki. Lah mosok iyo aku jogo gak diwei sugatan?”

Malam itu ikan tidak di ambil dan disuruhnya genderuwo itu pulang balik agar besok di siapkan kopi dan rokok. Nah ikan itu langsung aku nikmati bersama Baim dan sembari kita bercerita tentang kejadian tadi.

Keesokan harinya, aku dan Baim pergi ke toko untuk mencari rokok cerutu. Mencarinya, benar-benar susah. Dan kita berdua juga tidak tau rokok apa itu. Tapi, agar ikannya tidak di ambil tanpa izin, kita mencarinya di toko-toko yang kita jumpai agar dapat.

Nah akhirnya ketemu dan sekalian kita beli kopi sachetan warna hitam. Barulah setelah lengkap semuanya, kita pulang.

Malam telah datang kembali dan kita sudah mempersiapkan kopi sama rokok di dapur. Kita tunggu genderuwo itu datang. Benar-benar tidak seperti biasanya, mungkin dia semalam lembur sampai pagi hari, sehingga tidak bisa terbangun malam ini.

“koyoke wonge gak teko. Ah genderuwo PHP”

Genderuwo daya kepekaan telinganya sangat akurat. Mendengar perkataan itu, genderuwo langsung datang menemui kita.

“Hmm. Woi kampret! Sopo mau seng ngomong aku PHP? Aku lagi tangi turu, karipan,” kata genderuwo.

“Nah ndi pesenanku?”

“Iko loh pesenanmu wes tak siapke. Kopi mbek rokok cerutu. Bangsat kok, angel golekane rokok iku. Nah nek uwes tak wei iki, jogo omah apik-apik yo! Stand by.”

“Nah masyuk! Yowes aku ape nongkrong karo genderuwo liyane. Maafe yo manganmu tak jupuk, aku ngelih soale.”

Kopi dan rokok itu, genderuwo bawa. Katanya, dia mau nongkrong sama teman-temannya. Aku tambah mikir aneh. Apa ada angkringan khusus genderuwo?

Malam itu aku tidur di rumah Baim karena di luar hujan deras. Aku tidak bisa pulang dan menelfon ibuku, akhirnya diizinkan. 

Pagi-paginya terbangun, ternyata lihat di dapur ada kopi gelasnya tertutup. Nah Baim rasa ini adalah kelakuan genderuwo itu.

“Ah genderuwo kampret. Bar ngombe gak isah-isah dewe.”

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,785FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles