Sumber: Data Pribadi
Oleh: Muhammad Fachrul Hudallah (Anak Ngantukan)
“Wanita akan membuatmu tak sadar, tetapi teman akan membuatmu tersadar”
Kota kelahiran merupakan suatu tempat yang tidak mungkin terlupakan oleh para perantau, begitu pula yang dilakukan oleh pemuda gagah yang bernama Arul. Dia merupakan mahasiswa yang memiliki pemikiran kritis, analitis, rasional, dan objektif. Namun demikian, pemuda ini dalam langkah perjuangan dan pendidikannya memilih jalan lain dari teman-temannya, yakni dia tidak tertarik untuk menjalin hubunngan dengan wanita karena katanya fokus dengan kuliah dan organisasinya; entah itu kata-kata fakta atau hanya alibi.
Mungkin, hal itu merupakan wacana dari pria gagah itu saja. Faktanya, jika teman-temannya memantau dari jarak jauh, Arul suka melihat perempuan lewat dan biasanya mempunyai hasrat untuk berkenalan dengan lawan jenis. Parahnya, Arul suka ngiler ketika melihat perempuan yang seksi lewat di depan matanya.
Disaat Arul capek dan jenuh di perantauan, dia biasanya pulang ke desa untuk menemukan kesejukan dan kenyamanannya kembali ketika kecil dulu. Mungkin, hijau sawah membuat fikirannya akan menjadi lebih makmur dan emosinya terkontrol.
Salman merupakan teman Arul semenjak kecil dan bertempat tinggal di satu desa. Di saat mereka bermain, ternyata Arul ditemukan lagi memegang hp di pelosok sawah. Di tegurlah Arul oleh Salman, “Rul, Kamu ngapain di pelosok kayak begitu siang-siang? Aduh, malam ajalah kalau mau ke pelosok sawah”. Dijawablah oleh Arul, “Apaan sih, Man. Aku ndak ngapa-ngapain kok; cuma ingin menyendiri aja, muhasabah”.
Dengan penuh rasa curiga, Salman pura-pura pergi meninggalkan Arul dengan berkata, “Rul, tak tinggal lanjut menikmati sawah aja ya, jangan ngapa-ngapain disini”. Tetapi, disaat Salman pura-pura pergi, teman kecil Arul kembali lagi mengintip dan akhirnya tertangkap bahwa Arul sedang menelfon seseorang dengan tingkah yang lucu, yakni menciumi HP-nya.
Hal ini merupakan suatu keanehan, antara perkataan dan perbuatan yang tidak sesuai. Ditelisik benar-benar oleh Salman, ternyata benar si Arul lagi telfonan dengan seorang cewek. Salman, selain menjadi teman kecilnya Arul, dia juga teman satu fakultas di daerah perantauan.
Pulanglah mereka berdua ke rumah masing-masing setelah pura-pura menikmati indahnya hijau dedaunan di sawah. Bulan dan bintang telah bermunculan indah di langit yang gelap gulita. Atas kerinduan Salman yang terlalu mendalam kepada Arul, datanglah ke rumah sosok orang yang kritis itu pada malam hari. Biasanya, jika Salman datang ke rumah Arul, dia langsung mengetok jendela kamarnya dengan berkata “Kikok kok kok kikok”, itu merupakan kode bahwa si Salman telah datang.
Namun ketika Salman datang, merasa ada yang aneh terjadi sama si Arul. Ternyata dia di rumah sedang telfonan dengan seorang wanita, entah kekasihnya atau tidak. Tidak enak menggaggu, Salman menunggu obrolannya selesai dengan wanita yang mungkin pujaanya. Tak disangka oleh Salman, ternyata tidak terasa bahwa mereka telah telfonan selama 4 jam lebih lamanya. Hal itu membuat Salman jenuh dan berfikir bahwa Arul sekarang lebih memprioritaskan wanitanya dibandingkan dirinya.
Menurut penilaian subjektif Salman, itu adalah kekasihnya Arul karena banyak kecurigaan-kecurigaan yang di rasa Salman sangat mendukung. Setelah kelar telfonan, Salman memanggil dengan kode yang biasanya dilakukan ketika di rumahnya, dan alhasil Arul keluar dengan wajah pura-pura ngantuk habis tidur. Ah, menurut Salman hal itu adalah alibi dari Arul yang sekarang mulai berubah karena memprioritaskan wanitanya, lagi-lagi dan lagi. Di setiap perkataan Arul yang didengarkan oleh si Salman, hanya menjawab kata yayaya, hmm, dan mengiyakan apa yang diucapkan oleh si pria yang katanya kritis itu.
Dikarenakan obrolan yang dirasa telah kering dan usang, Salman pulang dengan kekeceawaan yang sangat mendalam. Tetapi, Salman dikarenakan besok hari akan mengurus SIM di Polres, dia membutuhkan Arul untuk menemaninya. Alhasil, Arul menjawab bahwasanya tidak bisa membantu karena ada hal yang mendesak, dan akhirnya Salman memutuskan untuk mengurusinya sendirian.
Keesokan harinya, ketika Salman mau pergi ke Polres untuk mengurus SIM, dia melihat Arul berboncengan mesra di jalan dan serasa dunia hanya miliknya. Tak tahan dengan emosi yang meluap, Salman mendekat dengan berkata, “Rul, kamu ini ya, disuruh temannya nganterin malah pergi sama cewek enak-enakan. Udahlah, malas aku sama Kamu.”
Tidak tahan menahan kekecewaan yang sangat mendalam, Salman tinggalkan mereka berdua ke Polres karena menurutnya hal itu sangat tidak penting untuk saat ini. Dulunya, Arul adalah orang yang sangat setia dan solid. Tetapi, ketika dia mengenal sosok wanita yang mungkin baginya cantik, dia berubah menjadi liar dan melupakan teman-temanya. Hatinya sudah keras seperti batu dan Salman hanya bersikap sabar menghadapi orang seperti itu.
Salman sadar ketika menghadapi teman yang seperti itu, hanya ada dua pilihan yaitu mengingatkan atau meninggalkan. Tetapi, Salman memilih untuk mengingatkan. Baginya, teman yang baik adalah yang mampu menasihati temannya agar selalu pada jalan yang lurus. Memang mencintai wanita itu boleh bagi pria, tetapi tidak boleh berlebihan sampai melupakan temanya. Rumah akan serasa hampa dan wanita itu akan serasa memenuhi kebutuhannya. Mungkin, pemikiran Arul perlu diluruskan agar terciptanya pertemanan yang harmonis dan tetap guyub rukun tanpa adanya pertikaian.