21.7 C
New York
Sunday, May 28, 2023

Buy now

spot_img

Srrrupuuuttttt

Sumber: Data Pribadi

Oleh: Muhammad Fachrul Hudallah (Pribumi di Kudus)

“Kenikmatan dan kebahagiaan terbesar adalah ketika Engkau dapat memikirkan sesuatu yang baik untuk dirimu sendiri tanpa di dikte oleh orang lain”

Matahari telah tenggelam, datanglah bulan beserta kawan-kawan mainnya yaitu bintang pada malam hari yang sunyi. Mereka hadir dengan ketidakadilan karena berada di atas makhluk hidup, seperti manusia, binatang, dan pepohonan. Di dalam kesunyian, datanglah rintik-rintik hujan yang memunculkan imajinasi pada malam hari. Bagi yang memiliki kekasih akan mengenang masa bahagia bersama kekasihnya dan bagi yang jomblo tidak mungkin membayangkan kenangan bersama kekasihnya, mungkin hanya bersama orang yang diharapkan bersamanya, hal itu dinamakan imajinasi liar.

Perkenalkan, si jomblo yang banyak berimajinasi bernama Surya. Dia adalah seorang mahasiswa yang hobinya membaca buku, katanya. Di saat malam telah datang dan hujan tidak teratur turun dari langit, badan Surya terasa tertusuk dingin malam karena tidak menggunakan selimut dan jaket di rumah. Surya berkata pada dirinya sendiri di dalam hati “Ah ngapain make jaket malam-malam kayak begini di rumah, malu lah sama orang tua dan adek. Enakan hanya make kaos dan celana pendek”.

Sikap sok-sokan dari Surya, membunuhnya sendiri. Jika dia pernah membaca kata-kata “mulutmu adalah harimaumu”, mungkin dia tidak akan mengucapkan itu. Faktanya, dia mengabaikan hal yang bersifat fundamental dan tetap mengutamakan gengsinya karena menurutnya itu adalah harga dirinya.

Di saat Surya membaca buku dan mendengarkan musik, adeknya tiba-tiba datang dan menegur Surya yang hanya memakai celana pendek dan baju. Adeknya berkata “Kak, jangan hanya make kaos dan celana pendek. Nanti masuk angin lo, kalau sakit gimana? Mau naggung sendiri?” Surya masa bodoh dengan ucapan adeknya dan diabaikan.

Surya mengingat obat dari kedingin adalah kopi hitam yang hangat dan manis, seperti dia. Surya mengetok ke kamar adeknya dan berkata “Dek, bubuk kopimu yang dari Malang mana?Kakak pengen nyoba” dan Adiknya menjawab “Noh, di atas lemari dapur, Kak”. Surya tidak menjawab lagi dan langsung bergegas seperti kucing yang sedang mencari tikus, sangat agresif.     

Akhirnya Surya mendapat bubuk kopinya tetapi terbungkus plastik putih. Tanpa ragu-ragu, di ambil bubuk kopi itu dan di hirup baunya yang sangat harum, seperti harum bau cewek yang ditaksirnya. Cowok yang agresif itu tidak memperdulikan tentang rasa kopi dan kehigienisannya. Baginya, yang terpenting dia ngopi dan mendapatkan kehangatan di malam yang sangat menusuk itu.

Setelah dia mengambil bubuk kopi itu di atas lemari dapur, dia langsung bergegas menyiapkan yang lainnya yaitu gula, gelas, dan bubuk kopi di atas meja.. Tidak hanya itu, untuk membuat kopi butuh termos yang isinya air panas. Langkah Surya, pertama-tama di buka tutupnya dan di tuangkanlah air panas ke tutup termos terlebih dahulu untuk menampungnya.

Dengan keadaan yang mungkin tidak sadar, Surya tiba-tiba langsung menuangkan air termos ke dalam gelas dan melupakan kenangannya beberapa menit lalu bahwa dia telah menakar air panas dari termos ke dalam tutup terlebih dahulu. Akhirya, jadilah kopi hitam yang harum dan kelihatannya elok, seperti perempuan yang ingin dimilikinya. Untuk mensruupuut kopi, Surya pasti akan menutup termos agar airnya tidak menjadi dingin. Ditutuplah termos itu dengan tangan kiri Surya dan kopi berada di tangan kanannya. Di saat menutup, tiba- tiba air mengenai tangan kiri Surya “Arrgh, panasnya ini air” dan kopi di tangan kanannya reflek di lepaskan dan pecah jatuh ke keramik.

Surya yang bernasib sedih, membersihkan kaca-kaca dari gelas itu dengan sapu dan memungut sisa kaca yang berserakan serta dia mengepel sisa air panas yang jatuh tadi agar tidak ada yang terpleset.

Setelah bersih, Surya membuat kopi Malang itu lagi tetapi dengan langkah yang tidak sama seperti yang pertama. Surya berguman di dalam hati “Ah, Aku pengen srrruupuuut malah tumpah kayak gitu. Haduh udah capek pula buat. Hmmm” tetapi Surya dengan keterpaksaannya membuat lagi agar badannya menjadi hangat.

Pembuatan kopi kini berbeda dan dia tidak mau menaruh air panas ke dalam tutup termos karena jika nanti teledor, akan kejadian hal yang sama. Setelah bubuk kopi, gelas, dan gula disiapkan, Surya langsung menuangnya dengan air panas dari termos. Dengan bersyukurnya, Surya berkata “Nah, gini kan jadi. Kenapa tadi Aku harus repot-repot kayak gitu. Hedeeeuh”. Setelah kopi terbuat, di bawalah ke sekitar buku yang mau di baca dan menikmati alunan musik yang tadi telah di putar. “Nah gini kan srruupuut enak” dia berkata demikian karena kopinya sudah jadi. Akhirnya perjuangannya membuat kopi terdapat kegagalan karena perbuatannya sendiri, tetapi baiknya dia tidak menyerah.

Kopi, sebuah benda cair yang ingin dinikmatipun butuh pengorbanan agar mendapatkan kenikmatan darinya, apalagi hal-hal yang lebih besar dari itu. Surya dengan kenikmatannya terjebak pada alunan musik, drama buku, dan sruputan kopi. Bahkan HPnya berdering “klunting, klunting, klunting” dan dia mengabaikannya. Surya sangat menikmati kehangatan itu dengan kebahagiaan sederhana dan dia sudah membuktikan bahwa tanpa jaket dan selimut, dia dapat bertahan di lingkaran kedinginan hanya dengan benda cair hitam yang bernama kopi.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,785FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles