Sumber: Dokumen Pribadi
Oleh: Misbahul Anwar (Santri Tulen)
Sangat miris belakangan ini karena musibah yang menimpa salah satu pesantren besar dijawa timur, para ‘pembenci’ pesantren getol mengkritik pesantren dan dan ironinya mereka memukul rata,yang secara jelas imbasnya terjadi pada seluruh pesantren.
Ada sedikit catatan dari yang kami. Beberapa hal yang harus dikritik bagi yang bilang pesantren menoleransi kekerasan:
Pesantren merupakan lembaga yang fokus pada perbaikan akhlak dan keislaman
Mereka mempelajari islam dari sumber-sumber yang terverifikasi (Mu’tabarah). Karenanya, orang yang mau mengkritik pesantren harus betul-betul khatam dan paham dengan sangat mendalam sebelum mengkritisi serba-serbi kebijakan pesantren dan para asatidznya. Dan juga, dalam pemahaman saya selama 12 tahun saya di pesantren kyai dan asatidz menerapkan kebijakan pasti sudah dimusyawarahkan dan di cari dalilnya.
Pesantren, khusunya yang di Indonesia memiliki cara yang berbeda-beda dalam mendidik santri
Sebetulnya terdapat pesantren yang cenderung menggunakan sistem yang tegas terhadap kedisiplinan, ada yang bil mau’idzah wal hikmah, dan ada yang dengan tempaan spiritual tinggi. Oleh karenanya ketika membicarakan pesantren tidak boleh di nakirohkan (General).
Menurut pendapat saya, orang yang bermukim di pesantren (santri) harus betul-betul mengenyam dalam waktu yang lama karena esensi pesantren terhadap diri atau privilege kesantrian tidak bisa muncul dalam jangka mondok 1-6 tahun. Kami yakin bahwa mondok berkisar diantara tahun tersebut pasti yang terlihat dari pesantren lebih banyak buruknya dari pada baiknya.
Terakhir dari saya, pesan untuk kalian semua adalah “Pelajari pesantren dengan masuk kedalamnya bukan berdasarkan omongan santri yang hanya numpang tidur di pesantren atau yang katanya ‘ahli pesantren’ tapi belum pernah mencuci karpet kencing santri dibawah umur”.
Kami memohon doa agar kami yang mengabdi dan melayani santri bisa tetap kuat dan istikomah.
Kebenaran hanya milik allah, Wassalam
*Kolom opini merupakan tanggung jawab penulis