21.7 C
New York
Sunday, May 28, 2023

Buy now

spot_img

Kesalahan Milik Siapa?

Ilustrasi: Edukasi Ekozone

Oleh: Kucay

Suatu malam saya pernah berkunjung ke rumah paman, untuk sekedar bermain dan menanyakan kabar. Kebetulan malam itu paman tidak ada di rumah. Di rumah hanya ada bibi dan sepupu saya yang baru baru ini masuk di pondok pesantren. Iseng-iseng saya menanyakan.

“Kerasan apa nggak di sana?” Dan kebetulan dia tidak se-pesantren dengan saya. Oleh ayahnya, diletakkan di pesantren tempatnya mondok dulu. Kemudian saya melajutkan bertanya.

“Sudah kelas berapa di sana?”

“Sudah kelas 3 Madrasah Ibtida’iyah kak,” jawabnya.

“Kalo umumnya kelas berapa?” lanjut ku.

Dia diam dan hanya menggelengkan kepalanya. Aku memandang bibi yang saat itu berdiri menggendong anak bayinya untuk mencari jawaban atas gelengan tersebut.

“Kalo umumnya dia nggak sekolah, di sana memang tidak ada sekolah formalnya. Pamanmu dan aku hanya ingin dia memperdalam ilmu agama agar kelak bisa berguna bagi masyarakat.”

Seketika aku terkejut dengan jawaban itu, Memang kenapa dengan sekolah formal?

Apakah ketika di sekolah formal, dia tidak bisa memperdalam ilmu agamanya?

Apakah dengan tidak bersekolah formal akan menjamin dia kelak akan ahli dalam bidang ilmu agama?

Atau seburuk itukah lulusan sekolah formal sehingga paman dan bibiku menghakimi bahwa sekolah selain Madrasah tidak akan menjamin apapun?

Dengan seketika saya menjawab. Bahwa sekolah umum itu penting karena suatu saat ijazah sekolah umum akan sangat di butuhkan dan akan berpengaruh pada kehidupan. Tanpa ijazah dan gelar, kita tidak akan bisa bekerja di manapun. Karena apapun sekarang butuh ijazah. Bekerja sebagai karyawan, buruh pabrik, Polisi, TNI, Satpam, Guru dll, itu butuh ijazah.

Bibi hanya menanggapi dengan berkata bahwa ia tidak butuh itu. Menurutnya, soal pekerjaan dan rejeki itu urusan Tuhan. Biarlah dia tidak punya ijazah dan tidak di terima bekerja di manapun, toh kelak dia bisa bertani dan memelihara kambing. Dia berpikir tidak apa-apa meskipun tidak kaya yang penting bisa makan halal dan mampu mengamalkan ilmunya.

Aku hanya terkejut mengapa jawabanku begitu pesimis. Dimana buku-buku yang selama ini aku pelajari. Saat itu yang terpampang jelas di mataku hanya soal pekerjaan, seakan akan tanpa adanya ijazah tidak akan ada pekerjaan yang bisa untuk di lakukan. Sungguh kerdil sekali pikiran ku saat itu. Aku tak ada bedanya dengan orang orang yang selama ini aku kecam karena sempitnya pola pikir yang mereka gunakan.

Padahal eksistensi dari bersekolah selama ini bukanlah soal ijazah, ilmu lah yang menjadi tolak ukur penting atau tidaknya bersekolah. Sekolah setinggi apapun tidak akan menjamin kualitas ilmunya. Bahkan ilmu bukan hanya di dapatkan hanya dengan metode bersekolah saja, ada banyak metode yang biasa di lakukan orang-orang di luar sana tanpa bersekolah dan ijazah hanya menjadi bukti bahwa mereka pernah bersekolah, bukan bukti bahwa mereka punya ilmu.

Namun apa yang saya ucapkan sebenarnya berangkat dari rasa khawatir tentang dunia pekerjaan yang semakin sulit dan sempit. Sistem yang pada awalnya di buat untuk mempermudah perekrutan dalam dunia kerja, malah menjadikan kualitas pendidikan di Indonesia semakin menurun. Ukuran di terima atau tidaknya seseorang di tentukan oleh seberapa tinggi dia bersekolah, bukan seberapa banyak ilmunya. Pada akhirnya banyak orang orang yang memiliki posisi penting namun tidak sesuai dengan bidangnya.

Misalnya di kutip dari detik.com, dari jumlah 600-700 ribu insinyur yang ada, hanya 5 ribu yang bekerja sesuai dengan bidangnya. Bahkan di kutip dari okezone.com, jumlah pengangguran terbanyak berasal dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan persentase 8,63%. Sedangkan yang terendah dari tingkat pendidikan Sekolah Dasar ke bawah yaitu 2,56%. Di sisi lain, tingkat pengangguran lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) tercatat sebesar 5,18%, kemudian Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,19%. Lalu tingkat lulusan Diploma I/II/III sebesar 7,92%. Sedangkan lulusan Universitas 6,31%.

Ini menunjukkan bahwa masih banyak pengangguran terdidik di Indonesia, daripada mereka yang hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) ke bawah. Dengan membludaknya jumlah lulusan terdidik, tidak berarti meningkatnya kualitas SDM yang lebih baik. Hal itu malah menjadikan bumerang, karena tidak adanya kompetensi dan kualitas lulusannya.

Bergesernya eksistensi bersekolah tentu tidak lepas dari peran dunia kerja di dalam merekrut para karyawannya. Pekerjaan yang notabene-nya adalah sebuah profesi, malah di hubungkan dengan dunia akademis yang notabene-nya adalah mencari dan mengamalkan ilmu. Sehingga dari hal inilah minat pendidikan di Indonesia lebih kepada selembar ijazah daripada ilmu pengetahuan. Peran dunia kerja yang seperti itu, seakan menciptakan sebuah sistem dimana tingginya ilmu dan keterampilan seseorang tidak akan terbaca tanpa adanya ijazah.

Bergesernya tujuan pokok dalam dunia pendidikan, menjadikan pendidikan itu sendiri sebagai sebuah tuntutan. Sehingga kebanyakan dari mereka tidak tahu alasan penting mengapa mereka bersekolah. Mereka hanya melihat sekolah sebagai sebuah sarana penting yang akan di pakai kelak ketika mereka sudah masuk dalam dunia kerja. Bahkan kadang yang lebih miris, ada anggapan mengenai asing atau tidaknya dalam kehidupan sosialnya, dan beranggapan bahwa mereka bersekolah hanya karena agar sama dengan yang lainnya.

Pada kesimpulannya, untuk mengembalikan mindset pendidikan di Indonesia, tidak lepas dari peran Pemerintah dan peran dunia kerja dalam merekrut tenaga kerjanya. Karena pendidikan bukanlah sekedar tuntutan belaka, di situ kita harus mengerti tentang potensi dan kebutuhan skill. Secara demografi populasi kependudukan di Indonesia menduduki tingkat nomor 4 terbanyak di dunia setelah Amerika. Namun hal itu justru menjadi masalah jika tidak dibarengi dengan kualitas Pendidikan dan Sumber Daya Manusia yang baik.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,785FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles